Puasa Ramadhan Pada Penderita Diabetes |
Selasa, 26 April 2022 15:51 |
Terdapat beberapa jenis diabetes mellitus atau DM. Pada DM tipe 1, tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin. Sedangkan pada DM tipe 2, sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap hormon insulin, meskipun produksi dan kadar hormon insulin normal. Puasa Ramadhan pada pasien diabetes berkaitan dengan berbagai risiko. Pasien DM tipe 1 yang tidak terkontrol memiliki risiko komplikasi dan risiko yang mengancam jiwa lebih tinggi. Pengurangan dosis insulin yang berlebihan pada saat puasa untuk mencegah hipoglikemi dapat menempatkan pasien pada risiko hiperglikemi dan ketoasidosis diabetik. Hipoglikemia dan hiperglikemia dapat terjadi pada DM tipe 2, walaupun umumnya lebih jarang terjadi dan dampaknya lebih ringan dibandingkan dengan pasien DM tipe 1. Keputusan pasien untuk menjalankan puasa Ramadhan seharusnya diambil berdasarkan konsultasi dokter/tenaga kesehatan terkait dengan risiko yang mungkin terjadi. Pasien yang bersikeras menjalankan puasa seharusnya mendapatkan penilaian pra-Ramadhan untuk mendapat edukasi dan saran yang terkait dengan aktivitas jasmani, perencanaan makan, pemantauan glukosa, serta dosis dan waktu pemberian obat. Apakah penderita diabetes aman berpuasa? Semua pasien diabetes yang akan menjalankan puasa Ramadan seharusnya mempersiapkan diri untuk pemeriksaan medis, yaitu menilai status kesehatannya dan mendapat edukasi khusus, agar puasa yang akan dilaksanakan berlangsung dengan aman. Pemeriksaan medis tersebut ditujukan untuk kenyamanan pasien secara umum, mempertahankan kendali kadar gula darah, tekanan darah, serta lemak darah. Oleh karena itu, pasien harus diberi informasi tentang potensi terjadinya risiko yang mungkin dihadapi terkait dengan puasa Ramadahn. Penilaian medis tersebut sebaiknya dilaksanakan 1–2 bulan sebelum puasa Ramadan, agar dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian diet, aktivitas jasmani dan/atau terapi yang digunakan. a.Risiko Sangat Tinggi terdapat pada pasien DM dengan:
b.Risiko Tinggi terdapat pada pasien DM dengan:
c.Risiko Sedang pada pasien dengan:
d.Risiko Rendah pada pasien dengan:
Apakah risiko yang terjadi bila pasien diabetes berpuasa? Hipoglikemia: Asupan makanan yang kurang diketahui merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipoglikemia. Risiko hipoglikemia yang berat berkaitan dengan penggunakaan insulin atau sulfonilurea dan glinid, perubahan dosis obat, dan perubahan gaya/aktivitas hidup yang terlalu ekstrem. Hiperglikemia: Kendali glikemia selama bulan Ramadhan dapat membaik, memburuk, atau tidak berubah. Hiperglikemia dapat disebabkan pengurangan dosis obat secara berlebihan untuk menghindari hipoglikemia serta konsumsi berlebih makanan dan gula. Ketoasidosis Diabetik: Pasien diabetes, terutama pasien DM tipe 1 yang menjalankan puasa Ramadhan dan kendali glikemianya buruk sebelum puasa, maka risiko ketoasidosis dapat meningkat. Risiko ketoasidosis lebih meningkat akibat pengurangan dosis insulin yang berlebihan karena menganggap bahwa asupan makanan akan berkurang selama puasa. Dehidrasi dan Trombosis: Pembatasan asupan cairan atau minuman, dapat menyebabkan dehidrasi. Hiperglikemi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan dapat meningkatkan kekurangan cairan serta elektrolit. Berkurangnya rongga intravaskuler lebih lanjut akan meningkatkan kecenderungan darah menggumpal yang memang sudah ada pada individu dengan diabetes. Meningkatnya viskositas darah akan meningkatkan risiko stroke dan trombosis. Bagaimanakah diet pasien diabetes pada Bulan Ramadhan? Selama bulan Ramadhan sering terjadi perubahan besar dalam pola nutrisi. Sebagian besar masalah kesehatan di bulan Ramadhan merupakan akibat dari diet yang tidak tepat, kelebihan makan, atau kurang tidur. Perubahan diet yang sering terjadi selama Ramadhan adalah meningkatnya jumlah makanan dengan kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi. Pola diet tersebut terutama terjadi petang hari pada saat buka puasa. Seharusnya diet selama bulan Ramadan tidak terlalu berbeda dengan diet sehat dan seimbang di hari-hari biasa. Saran diet sebaiknya disesuaikan dengan keadaan klinis serta kebutuhan khas tiap individu. Pengaturan makanan bertujuan mempertahankan masa tubuh yang konstan. Diet yang dianjurkan adalah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks yang dikonsumsi sedekat mungkin dengan subuh. Minum air dalam jumlah yang cukup juga sangat dianjurkan. Bagaimanakah aktivitas fisik penderita diabetes selama Bulan Ramadhan? Aktivitas fisik yang normal dapat dipertahankan. Sebaliknya, aktivitas jasmani yang berlebih sebaiknya dihindari karena dapat meningkatkan risiko hipoglikemia. Bagi sebagian pasien ada yang tetap menjalankan program aktivitas jasmani yang biasa dilakukan sesudah buka puasa. Namun pada pasien DM tipe 1 yang tidak terkendali, aktivitas jasmani malah dapat menyebabkan hiperglikemia berat. Kapan penderita diabetes harus menghentikan puasa?
Bagaimana penggunaan obat pada pasien diabetes selama puasa? Dokter biasanya tidak mengubah regimen pengobatan diabetes ketika pasien sedang berpuasa. Namun dokter dapat mengubah frekuensi, dosis, atau waktu pemberian obat ketika seorang pasien sedang berpuasa. Misal pada penggunaaan obat metformin, dosis dapat disesuaikan, yaitu 2/3 dosis diberikan waktu buka dan 1/3 sisanya waktu sahur. Penilaian medis tersebut sebaiknya dilaksanakan 1–2 bulan sebelum puasa Ramadhan, agar dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian diet, aktivitas fisik dan/atau terapi yang digunakan. ---||--- Ditulis oleh : dr. Prenali Dwisthi Sattwika, Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Khusus Bedah An Nur Yogyakarta |
Informasi
Telp. 0274-585848
WA : 0817585848
Email : contact@annurhospital.comJAM KUNJUNG PASIEN |
SORE |
17.00 - 18.30 WIB |