Retensi Urin (Tidak Bisa kencing) Penyebab dan Tatalaksananya Cetak
Sabtu, 01 Oktober 2016 13:42

Ilustrasi / contoh kasus

Pak Joyo baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 66. Siang ini beliau diantar oleh keluarganya ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan tak bisa kencing (BAK) & nyeri perut hebat.

BAK terakhir hanya menetes sekitar 10 jam yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter IGD mendiagnosis Pak Joyo mengalami Retensi Urine.

Dokter memutuskan untuk memasang selang kencing (kateter urine). Nyeri perut hebat pun segera menghilang bersamaan dengan keluarnya urine sebanyak 750 cc melalui kateter.

Pak Joyo memang merasakan dalam 8 bulan terakhir BAK(buang air kecil) nya bermasalah, harus mengejan dan terasa tak lampias/tuntas. Keluarganya sudah sering menawarkan untuk mengantarkannya periksa ke dokter.

Namun Pak Joyo selalu menolak, karena merasa baik-baik saja dan tidak pernah sakit. Pak Joyo dikonsulkan ke bagian Urologi untuk rawat inap. Beliau didiagnosis Pembesaran Prostat Jinak (BPH) dan menjalani prosedur TUR-Prostat. Setelah rawat inap sekitar 4 hari, beliau dapat BAK dengan lancar dan direncanakan kontrol 1 minggu kemudian.

Proses berkemih

Tahukah anda?, Pada saat berkemih terdapat serangkaian proses yang saling berhubungan. Diawali dengan pembentukan urine di sel-sel nefron (ginjal), selanjutnya urine dikeluarkan melewati pelvis renalis (piala ginjal) menuju ureter.

Dinding ureter yang memiliki lapisan otot polos akan bergerak ritmis untuk mendorong urine sampai ke kandung kemih Selanjutnya urine akan disimpan di kandung kemih hingga mencapai jumlah yang cukup untuk memberikan rangsangan berkemih.

Proses ini akan dilanjutkan dengan terbukanya klep antara kandung kemih dan uretra. Saat rangsangan berkemih muncul, kita akan memutuskan apakah segera mengeluarkannya atau menahannya untuk sementara waktu.

Rute perjalanan urine mulai ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra memerlukan kondisi anatomis dan fisiologis yang adekuat. Adanya kelainan pada salah satu komponen tersebut akan mengganggu proses berkemih.

Pengertian

Retensi urine adalah keadaan dimana seseorang tidak mampu mengeluarkan urine dari kandung kemih meskipun jumlah urine telah melampaui kapasitas maksimalnya.

Retensi urine dapat disebabkan oleh:
  • Kelemahan otot kandung kemih
  • gangguan koordinasi antara kandung kemih dengan uretra.
  • Sumbatan pada uretra:
  1. Pembesaran Prostat Jinak (BPH)
  2. Batu Uretra
  3. Striktur uretra (penyempitan ureter)
  4. Sklerosis (kaku) leher kandung kemih
  5. Tumor uretra
  6. Kanker prostat
  7. Trauma uretra
  8. Fimosis
  9. Parafimosis
  10. Stenosis (sempit) muara uretra.

Tindakan pemasangan kateter dapat membuka sumbatan akibat pembesaran prostat dan mengeluarkan urine dari kandung kemih. Namun pemasangan kateter tersebut hanya pertolongan sementara, yang mana retensi urine akan muncul kembali ketika kateter dilepas.

Komplikasi Retensi Urine

    
Urine yang tertahan di dalam saluran kencing berpotensi menimbulkan infeksi dan batu saluran kemih.

Selain itu, retensi urine akan menyebabkan peningkatan tekanan kandung kemih yang selanjutnya juga mempengaruhi ureter dan ginjal.

Kandung kemih akan bekerja lebih keras secara terus menerus untuk mengeluarkan urine.
Hingga akhirnya otot kandung kemih menjadi lemah dan dapat terbentuk kantong-kantong (divertikel) yang berisiko infeksi.
Tekanan akan diteruskan ke saluran ureter dan ginjal yang akan membengkak (hidroureter dan hidronefrosis).

Sayangnya keadaan ini akan berlanjut dengan gangguan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan tekanan yang sampai pada ginjal akan merusak sel-sel ginjal (nefron). Bila tidak ditangani, gangguan fungsi ginjal ini akan berakhir pada gagal ginjal terminal.

Terapi

Pemberian terapi yang tepat akan mencegah terjadinya berbagai komplikasi retensi urine.
Pertolongan pertama pada kasus retensi urine adalah mengeluarkan urine sesegera mungkin.
Hal ini dapat dilakukan dengan kateterisasi urine dan sistostomy. Kateterisasi urine dilakukan dengan memasukkan selang kateter melalui muara uretra.

Jika kateterisasi tidak dapat dilakukan - seperti pada trauma uretra dan striktur uretra -, maka urine dikeluarkan dengan sistostomy.

Sistostomy adalah tindakan mengeluarkan urine melalui perut bawah dengan bantuan selang ataupun jarum yang dimasukkan ke kandung kemih.

Setelah urine dapat dikeluarkan selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari penyebab retensi urine.

Terapi definitif diberikan sesuai penyebabnya seperti :
  • TUR-Prostat pada BPH
  • pada batu uretra dilakukan evakuasi atau pemecahan batu,
  • sirkumsi atau dorsumsisi pada fimosis dan parafimosis,
  • sachse pada striktur uretra, dan sebagainya.

Untuk Konsultasi dan pengobatan bisa langsung  datang ke RSKB AN NUR Yogyakarata
Jl. Colombo No.14-16 Samirono Baru Sleman Yogyakarta Telepon 0274-585848 / 514784 (Hunting)